MAKALA TENTANG DEFENISI MENGAJAR


BAB I
PENDAHULUAN

1.      LATAR BELAKANG.
Kiranya tindakan berlebihan kalau dikatakan bahwa Indonesia dewasa inn masih sedikit sekali bacaan yang membicarakan masalah mengajar. Tetapi hal seperti itu tidak di Indonesia saja. Di banyak Negara perhatian terhadap masalah mengajar masih kurang sekali. Sedangkan di amerika serikat dan di beberapa negara eropa baru  dalam lima belas tahun akhir-akhir ini saja banyak diterbitka buku tentang teknik mengajar. Meskipun masalah di negara-negara ini pun ulasan dan perhatian terhadap masalah di atas belum berkembang secara semestinya. Mengapa sampai terjadi demikian, bagi penulis sendiri juga masih merupakan pertanyaan besar. Banyak sebab dapat disebutkan, tetapi jawaban yang sungguh-sungguh tepat rupanya tidak dapat diberikan begitu saja.

Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung pada  tanggungjawab guru dalam malaksanakan tugas. Zamroni(2000;74) mengatakan”guru adalah kreator proses belajar mengajar”. Mengajar tidak hanya sekedar menyampaikan informasi yang sudah jadi dengan menuntut jawaban verbal melainkan suatu upaya integratif ke arak pencapaian tujuan pendidikan. Dalam konteks ini guru tidak hanya sebagai penyampai informasi tetapi juga bertindaksebagai director and facilitator of learning. Maka dengan demikian penulis mengambil sebuah judul”PSIKOLOGI PENDIDIKAN  ”.

2.      RUMUSAN MASALAH.

1.      Mengetahui arti penting dari mengajar.
2.      Mengetahui model dan metode  dalam mengajar.
3.      Mengetahui strategi dan tahapan mengajar.






 
BAB II
ISI

A.               DEFENISI MENGAJAR
Defenisi mengajar menurut para ahli:
1.      Nasution (1982;8)
Mengemukakan kegiatan mengajar diartikan sebagai segenap aktifitas kompleks yang dilakukan guru dalam mengorganisasi atau mengatul lingkung sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar.
2.      Usman(1994;3)
Mengemukakan mengajar pada membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubunganya dengan anak didik dan bahan pengajar yang menimbulkan proses belajar.
3.      Hamalik (2001;44-53)
Mengemukakan, mengajar dapat diartikan sebagai:
·         Menyampaikan pengetahuan kepada siswa,
·         Mewariskan kebudayaan kepada generasi muda,
·         Usaha mengorganisir lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa,
·         Memberikan bimbingan belajar kepada murid,
·         Kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik
·         Suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari,
4.      Tardif(dalam Adrian, 2004)
Megdefenisikan belajar adalah any action performed by an individual(the teacher) with the intertion of facilitating learning in another individual(the learner), yang berarti mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang(dalam hal ini pendidikan)dengan tujuan membantu atau memudakan orang lain(dalam hal ini peserta didik) melakukan kegiatan belajar.
5.      Biggs(dalam Adrian,2004)
Seorang pakar psikologi membagi konsep mengajar menjadi tiga mavam pengertian yaitu:
1.      Pengertian kuatitatif.
Mengajar diartikan sebagai the transmission of knowledge, yakni penularan pengetahuan.
2.      Pengertian institusional.
Mengajar berarti the effecient orchestration of teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien.
3.      Pengertian kualitatif.
Mengajar diartikan sebagai the facilitation of learning, yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa mencari makan dan memahaminya sendiri.



Berdasarkan defenisi-defenisi mengajar dari para pakar di atas dapat di tarik kesipulan bahwa mengajar adalah aktifitas kompleks yang di lakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa, sehingga terjadi proses belajar. Aktifitas kompleks yang dimaksud antaralain adalah:
·                    Mengatur kegiatan belajar siswa,
·                    Memanfaatkan lingkungan, baik ada di kelas maupun ada i luar kelas, dan
·                    Memberikan stimulus, bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa.

B.     ARTI MENGAJAR
Mengajar ialah aktivitas guru untuk mentranfer materi, terhadap siswa, mendidik, melatih, dan menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam materi-materi tersebut.
Antara proses pengembangan dengan proses belajar mengajar yang dikelola para guru terdapat benang merah yang mengikat kedua proses tersebut. Sehingga hampir tak ada proses perkembangan siswa baik jasmani dan rohaninya yang sama sekali terlepas dari proses belajar mengajarsebagai pengejawantahan proses pendidikan. Apabila fisik dam mental sudah matang, pancaindra sudah siap menerima stimulasi-stimulasi dari lingkungan, berarti kesanggupan siswa pun sudah tiba.
Program pengajaran di sekolah yang baik adalah mampu memberikan dukungan besar kepada para siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan mereka.
Mengenai proses perkembangan dengan segala aspeknya itu sangat banyak manfaatnya, antara lain:
·         Guru dapat memberikan layanan bantuan dan bimbingan yang tepat kepada para siswa, relevan dengan tingkat perkembangannya.
·         Guru dapat mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan timbulnya kesulitan belajar siswa tertentu, lalu segera mengambil langkah yang tepat untuk menanggulanginya.
·         Guru dapat mempertimbangkan waktu yang tepat untuk memulai proses belajar mengajar bidang studi tertentu.
·         Guru dapat menemukan dan menetapkan tujuan-tujuan pengajaran(TIU dan TIK) materi pelajaran atau pokok bahasan pengajaran tertentu.
Salah satu kesulitan pokok yang dialami para guru dalam semua jenjang pendidikan adalah menghayati makna yang dalam mengenai hubungan perkembangan khususnya ranah kognitif dengan proses belajar mengajar yang menjadi tanggung jawabnya.

C.     TUJUAN MENGAJAR
Tujuan pengajaran adalah menimbulkan atau menyempurnakan pola atau perilaku dan membina kebiasaan, sehingga peserta didik, terampil menjawab tantangan situasi hidup secara manusiawi. Dengan kata lain pengajaran ingin memekarkan kemapuan, berpikir, bertindak sehingga peserta didik dapat menghadapi keadaan apapun.
Tujuan mengajar adalah menumbuhkan dan menyempurnakan pola perilaku, membina kebiasaan dan kemahiran, menyesuaikan kepada keadaan yang berubah-ubah, maka mengajar harus mampu mendorong proses pertumbuhan dan pola perilaku, membina kebiasaan dan menggembangkan kemahiran untuk menyesuaikan diri.
D.    MODEL DAN METODE POKOK MENGAJAR.
1)      Model dan Metode Mengajar.
a.       Model information processing(tahapan pengolahan informasi)
Model mengajar jenis ini berorientasi paa kecakapan siswa dalam memproses informasi dan cara-cara mereka dapat memperbaiki kecakapn untuk menguasai informasi. Model mengajar jenis ini bertujuan agar rana cipta siswa dapat berfungsi dan berkembang seoptimal mungkin.

b.      Model personal(pengembangan pribadi)
Rumpun model personal pada umumnya berorientasi pada pengembangan pribadi siswa dengan lebih banyak memperhatikan kehidupan ranah rasa, terutama fungsi emosionalnya. Diharapkan dengan menggunakan model ini dapat mennolong siswa dalam mengembangkan sendiri hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Siswa sebagai peserta didik juga menyadari dirinya sendiri sebagai seorang pribadi yang berkeckapan(capable) cukup untuk berinteraksi dengan pihak luar sehingga tercipta pola hubungan inter-personal yang kondusif.
c.       Model sosial(hubungan bermasyarakat)
Model sosial adalah rumpun model mengajar yang menitikberatkan pada proses interaksi antar indifidumyang terjadi dalam kelompok interaksi tersebut. Rumpun model ini lazim juga disebut sebagai interaktif model(model yang bersifat hubungan antar individu). Aplikasi model social diprioritaskan unik mengembangkan kecakapan individu siswa dalam hubungan dengan orang lain atau masyarakat.
d.      Model behaviorial(pengembangan perilaku)
Rumpun model mengajar pengembangan perilaku direkayasa atas dasar rangka teori perilaku yang dihubungkan dengan proses belajar mengajar. Aktifitas mengajar, menurut teori ini, harus ditunjukan pada perilaku baru atau berubahnya perilaku siswa kearah yang sejalan dengan harapan. Rumpun model mengajar behavorial banyak dilandasi oleh asumsi empiris bahwa segenap perilaku siswa adalah fenomena yang dapat diobservasi, diukur, dan dijabarkan dalam bentuk perilaku-perilaku khusus ialah yang menjadi tujuan belajar siswa.

Metode mengajar ialah cara yang berisi prosedur buku untuk melaksanakan kegiatan pendidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa.
Ada empat macam metode mengajar yang banyak digunakan pada setiap jenjang pendidikan formal, adalah sebagai berikut:
1.             Metodeh Ceramah
Yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ceramah adalah sebual cara mengadakan pengajaran yang dilakukan guru secara monolog dan hubungan satu arah.
Metode ceramah dapat dikataknan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi. Metode ini juga dipandang paling efektif untuk mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan daya paham siswa.
2.             Metode diskusi
Metode diskusi adalah metode belajar yang sangat erat hubungannya dengan belajar memecahkan masalah (problem solving). Tujuan pengunaan metode diskusi adalah untuk memberi motivasi dan stimulasi kepada siswa agar berpikir dengan renungan yang dalam (reflektife thinking).
3.             Metode demonstrasi.
Demonstrasi dalam penyajian informasi dapat diatikan sebagai peragaan atau pertunjukan tentang cara melakukan atau megerjakan sesuatu. Tujuan pokok penggunaan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar ialah untuk memperjelas pengertian konsep dan memperhatikan cara melakukan proses melakukan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu.
4.             Merode cerama plus.
Metode ceramah plus dapat terdiri atas banyak metode campuran, diantaranya
·         Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT)
·         Metode ceramah plus diskusi dan tugas (CPDT)
·         Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
2)      Strategi dan Tahapamn Mengajar
Strategi mengajar dapat di defenisikan sebagai sejumlah langka yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuanpengajaran tertentu.
Diantara strategi-strategi mengajar itu terdapat sebuah strategi mengajar berasarka strategi kognitif yang masih relative actual. Strategi ini bernama strategy program for effective learning/teaching disingkat SPELT. Strategi SPELT sengaja direkayasa untuk memperbaiki dan meningkatkan keefektifan belajar dan berpikir siswa. Secara eksplisit tujuan strategi ini telah membuat siswa menjadi:
1.      Penuntun ilmu yang aktif sebagai pemikir dan pemecah masalah,
2.      Penuntun ilmu yang mandiri, memiliki rencana dan strategi sendiri yang efisien dalam mendekati belajar,
3.      Penuntun ilmu yang lebih sadar dan lebih mampu dalam mengendalikan proses berpikirnya sendiri (metacognitife awareness).
 
Tahapan-tahapan dalam proses mengajar memiliki hubungan erat dengan penggunaan strategi mengajar. Maksudnya ialah bahwa dalam setiap penggunaan strategi mengajar harus selalu merupakan rangkulan yang utuh dalam tahapan-tahapan mengajar. Setiap proses mengajar harus melalui 3 tahapan sebagai berikut.
1.      Tahap prainstruksional.
Merupakan langka persiapan yang di tempuh guru pada saat mulai memasuli kelas hendak mengajar. Pada tahap ini guru dianjurkan memeriksa kehadiran siswa, kondisi kelas, dan kondisi peralatan yang tersedia dalam alokasi waktu yang singkat.
2.      Tahap instruksional
Tahap ini adalah tahap inti dari proses pengajaran. Pada tahap ini guru menyajikan materi pelajaran(pokok bahasan) yang disusun lengkap dengan persiapan model, metode an strategimengajar yang dianggap cocok.
3.      Tahap instruksi dan tindak lanjut.
Tahap terakhir proses belajar mengajar terdiri atas kegiatan evaluasi dan tindak lanjut (follow up). Pada tahap ini guru melakukan penilaian keberhasilan belajar siswa yang berlangsung pada tahap instruksional. Caranya adalah dengan mengadakan post test.
 




BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Meskipun seorang pengajar dapat memgajar secara cermat tetapi kalau tidak bertolak dari tujuan tertentu,pelajaran yang ia berikan pasti tidak akan banyak berguna. Seharusnya sebelum mulai mengajar ia memikirkan lebih dahulu apa yang hendak ia capai. Ia harus mempertimbangkan taraf  kemampuan berpikir murid. Apa saja yang dapat diajarkan kepada mereka,dan apa saja yang masih terlalu sulit bagi mereka.semuanya itu memegang peranan penting dalam pemilihan bahan pelajaran. Namun kita tidak boleh hanya memperhatikan masalah-masalah itu saja harus dipikirkan pula,sejau mana taraf berpikir murid harus di bimbing.dalam hal usia dan taraf inteligensi murid banyak memegang peranan.




JENIS JENIS SEMEN

JENIS JENIS SEMEN

Sesuai dengan kebutuhan pemakai, maka para pengusaha industri semen berusaha untuk memenuhinya dengan berbagai penelitian, sehingga ditemukan berbagai jenis semen.
  1. Semen Portland
  2. Water proofed cement
  3. Semen Putih
  4. High Alumina Cement
  5. Semen Anti Bakteri
  6. Oil Well Cement (OWC)
  7. Semen Campur
SEMEN PORTLAND

Semen portland diklasifikasikan dalam lima tipe yaitu :
1. Tipe I (Ordinary Portland Cement)
Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratn khusus seperti yang dipersyaratkan pada tipe-tipe lain.
Tipe semen ini paling banyak diproduksi dan banyak dipasaran
2. Tipe II (Moderate sulfat resistance)
Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau panas hidrasi sedang. Tipe II ini mempunyai panas hidrasi yang lebih rendah dibanding semen Portland Tipe I. Pada daerah–daerah tertentu dimana suhu agak tinggi, maka untuk mengurangi penggunaan air selama pengeringan agar tidak terjadi Srinkege (penyusutan) yang besar perlu ditambahkan sifat moderat “Heat of hydration”. Semen Portland tipe II ini disarankan untuk dipakai pada bangunan seperti bendungan, dermaga dan landasan berat yang ditandai adanya kolom-kolom dan dimana proses hidrasi rendah juga merupakan pertimbangan utama.
3. Tipe III (High Early Strength)
Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan yang tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi. Semen tipe III ini dibuat dengan kehalusan yang tinggi blaine biasa mencapai 5000 cm2/gr dengan nilai C3S nya juga tinggi. Beton yang dibuat dengan menggunakan semen Portland tipe III ini dalam waktu 24 jam dapat mencapai kekuatan yang sama dengan kekuatan yang dicapai semen Portland tipe I pada umur 3 hari, dan dalam umur 7 hari semen Portland tipe III ini kekuatannya menyamai beton dengan menggunakan semen portlan tipe I pada umur 28 hari
4. Tipe IV (Low Heat Of Hydration)
Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi rendah. Penggunaan semen ini banyak ditujukan untuk struktur Concrette (beton) yang massive dan dengan volume yang besar, seprti bendungan, dam, lapangan udara. Dimana kenaikan temperatur dari panas yang dihasilkan selama periode pengerasan diusahakan seminimal mungkin sehingga tidak terjadi pengembangan volume beton yang bisa menimbulkan cracking (retak). Pengembangan kuat tekan (strength) dari semen jenis ini juga sangat lambat jika dibanding semen portland tipe I
5  Tipe V (Sulfat Resistance Cement)
Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat. Semen jenis ini cocok digunakan untuk pembuatan beton pada daerah yang tanah dan airnya mempunyai kandungan garam sulfat tinggi seperti : air laut, daerah tambang, air payau dsb

WATER PROOFED CEMENT

Water proofed cement adalah campuran yang homogen antara semen Portland dengan “Water proofing agent”, dalam jumlah yang kecil seperti : Calcium, Aluminium, atau logam stearat lainnya.Semen ini banyak dipakai untuk konstruksi beton yang berfungsi menahan tekanan hidrostatis, misalnya tangki penyimpanan cairan kimia.

WHITE CEMENT (SEMEN PUTIH)

Semen putih dibuat umtuk tujuan dekoratif, bukan untuk tujuan konstruktif. Pembuatan semen ini membutuhkan persyaratan bahan baku dan proses pembuatan yang khusus, seperti misalnya bahan mentahnya mengandung oksida besi dan oksida manganese yang sangat rendah (dibawah 1 %).

HIGH ALUMINA CEMENT

High Alumina cement dapat menghasilkan beton dengan kecepatan pengersan yang cepat dan tahan terhadap serangan sulfat, asam akan tetapi tidak tahan terhadap serangan alkali. Semen tahan api juga dibuat dari High Alumina Cement, semen ini juga mempunyai kecepatan pengerasan awal yang lebih baik dari semen Portland tipe III. Bahan baku semen ini terbuat dari batu kapur dan bauxite, sedangkan penggunaannya adalah antara lain :
  • Rafractory Concrette
  • Heat resistance concrete
  • Corrosion resistance concrete

SEMEN ANTI BAKTERI

Semen anti bakteri adalah campuran yang homogen antara semen Portland dengan “anti bacterial agent” seperti germicide. Bahan tersebut ditambahkan pada semen Portland untuk “Self Desinfectant” beton terhadap serangan bakteri dan jamur yang tumbuh. Sedangkan sifat-sifat kimia dan fisiknya hampir sama dengan semen Portland tipe I. Penggunaan semen anti bakteri antara lain :
  • Kamar mandi
  • Kolam-kolam
  • Lantai industri makanan
  • Keramik
  • Bangunan dimana terdapat jamur pathogenic dan bakteri
OIL WELL CEMENT
Oil well cement adalah semen Portland semen yang dicampur dengan bahan retarder khusus seperti asam borat, casein, lignin, gula atau organic hidroxid acid. Fungsi dari retarder disini adalah untuk mengurangi kecepatan pengerasan semen, sehingga adukan dapat dipompakan kedalam sumur minyak atau gas. Pada kedalaman 1800 sampai dengan 4900 meter tekanan dan suhu didasar sumur minyak atau adalah tinggi. Karena pengentalan dan pengerasan semen itu dipercepat oleh kenaikan temperature dan tekanan, maka semen yang mengental dan mengeras secara normal tidak dapat digunakan pada pengeboran sumur yang dalam. Semen ini masih dibedakan lagi menjadi beberapa kelas sesuai dengan API Spesification 10 1986, yaitu :
KELAS A Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830 meter, apabila sifat-sifat khusus tidak dipersyaratkan
KELAS B Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830 meter, apabila kondisi membutuhkan tahan terhadap sulfat sedang
KELAS C Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830 meter, apabila kondisi membutuhkan sifat kekuatan tekan awal yang tinggi
KELAS D Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830 sampai 3050  meter, dengan kondisi suhu dan tekanan  yang sedang
KELAS E Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 3050 sampai 4270  meter, dengan kondisi suhu dan tekanan  yang tinggi
KELAS F Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 3050 sampai 4880  meter, dengan kondisi suhu dan tekanan  yang tinggi
KELAS G Digunakan untuk cementing mulai surface casing sampai dengan kedalaman 2440 meter, akan tetapi dengan penambahan accelerator atau retarder. Dapat digunakan untuk semua range pemakaian, mulai dari kelas A sampai kelas E

BLENDED CEMENT (SEMEN CAMPUR)

Semen campur dibuat karena dibutuhkannya sifat-sifat khusus yang tidak dimiliki oleh semen portland. Untuk mendapatkan sifat khusus tersebut diperlukan material lain sebagai pencampur.Jenis semen campur :
  1. Semen Portland Pozzolan (SPP)
  2. Portland Pozzolan Cement (PPC)
  3. Portland Blast Furnace Slag Cement
  4. Semen Mosonry
  5. Semen Portland Campur (SPC)
  6. Portland Composite Cement (PCC)
Semen Portland Pozzolan (SPP)/(PPC)
Semen Portland pozzolan (SPP) atau dikenal juga sebagai Portland Pozzolan Cement (PPC) adalah merupakan semen hidrolisis yang terdiri dari campuran yang homogen antara semen Portland dengan bahan pozzolan (Trass atau Fly Ash) halus, yang diproduksi dengan menggiling klinker semen Portland dan bahan pozzolan bersama-sama atau mencampur secara merata semen Portland dan bahan pozzolon atau gabungan antara menggiling dan mencampur.
Portland Blast Furnace Slag Cement
Portland Blast Furnace Slag Cement adalah semen Portland yang dicampur dengan kerak dapur tinggi secara homogen dengan cara mencampur bubuk halus semen Portland dengan bubuk halus slag atau menggiling bersama antara klinker porland dengan butiran slag.  Activitas slag (Slag Activity) bertambah dengan bertambahnya ratio CaO + MgO/SiO2 + Al2O3 dan glass content. Tetapi biasanyan keberadaan ratio oksida dan glass Content tersebut saling berkebalikan. Beberapa sifat slag semen adalah sabagai berikut :
    1. Jika kehalusannya cukup, mempunyai kekuatan tekan yang sama dengan semen portland.
    2. Betonnya lebih stabil dari pada beton semen portland
    3. Mempunyai permebility yang rendah
Semen Masonry
Semen masonry pertama kali diperkenalkan di USA, kemudian berkembang kebeberapa negara.Secara tradisional plesteran untuk bangunan umumnya menggunakan kapur padam, kemudian meningkat dengan dipakainya semen portland yang dicampur dengan kapur padam. Namun karena dianggap kurang praktis maka diperkanalkan Semen Masonry .
Portland Composite Cement (Semen Portland Campur)PCC -SPC
Menurut SNI 17064-2004, Semen Portland Campur adalah Bahan pengikat hidrolisis hasil penggilingan bersama sama terak (clinker) semen portland dan gibs dengan satu atau lebih bahan anorganik, atau hasil pencampuran antara bubuk semen portland dengan bubuk bahan bahan anorganik lain. Bahan anorganik tersebut antara lain terak tanur tinggi , pozzoland, senyawa silika, batu kapur, dengan kadar total bahan anorganik 6 – 35 % dari massa semen portland composite. Menurut Standard Eropa EN 197-1 Portland Composite Cement atau Semen Portland Campur dibagi menjadi 2 Type berdasarkan jumlah Aditive material aktif
  1. Type II/A-M mengandung 6 – 20 % aditif
  2. Type II/B-M mengandung 21 – 35 % aditif
Kalau pada Portland Pozzolan Cement (Semen Portland Pozzolan) aditif yang digunakan hanya 1 jenis maka pada Portland Composite Cement ini aditif yang digunakan lebih dari 1 jenis atau 2 jenis maka semen ini dikelompokkan pada TERNARY CEMENT.